Sabtu, 19 Maret 2016

Manusia sebagai makhluk multidimensi



BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang
          Manusia telah diciptakan oleh Allah Swt dengan derajat yang tinggi dan penuh dengan kemuliaan. Manusia mempunyai kemuliaan yang lebih tinggi dari makhluk apapun di jagad raya ini. Manusia lebih mulia dari malaikat karena pada hakikatnya Malaikat terdiam menunggu intruksi dari Allah Swt atas tugas apa yang akan diberikan kepada mereka, akan tetapi manusia diberi kehendak oleh Allah Swt untuk berbuat sesuatu .  Termasuk kehendak yang telah diberikan Allah kepada manusia berupa amanah agar manusia menjadi khalifah di bumi, sehingga manusia memiliki kewajiban untuk mengelola alam namun tidak terlepas dari aturan-aturan yang telah ditetapkan-Nya. (Amin Syukur, 2004: 166).
Kemuliaan manusia tentu juga lebih tinggi dibandingkan dengan syetan. Syetan tidak dapat berada pada jalan kebenaran, akan tetapi manusia dapat berbuat benar meskipun manusia juga tidak jarang melakukan kesalahan. Demikian halnya ketika manusia di bandingkan dengan hewan, tentu manusia akan lebih tinggi derajat dan kemuliaannya daripada hewan, karena secerdas apapun makhluk yang namanya hewan tentu hewan tersebut tidak akan memiliki akal sebagaimana manusia yang telah dianugrahi Allah Swt berupa akal sehingga mampu berpikir untuk memperoleh kebahagiaannya. (Abdul Choliq, 2012: 2-3) Itulah manusia yang telah dijadikan sebagai makhluk multidimensi, tidak hanya terdiri dari akal tetapi banyak dimensi-dimensi lain yang ada dalam diri manusia.
Manusia juga akan Nampak kemuliaannya jika dibandingkan dengan bumi, gunung ataupun lautan. Karena manusia memiliki nyawa sementara bumi, gunung dan lautan adalah makhluk Allah yang tak bernyawa. Manusia juga telah diciptakan Allah disempurnakan dengan adanya ruh dan jasad yang ada pada manusia. hal inilah yang telah menjadikan manusia sebagai makhluk yang multidimensia, sebagaimana difirmankan Allah Swt dalam QS. At Tin/95: 4 berikut: 

Artinya: “Sesungguhnya telah Kami ciptakan manusia dalam bentuk yang multidimensi(Q.S.At-Tin:4).

Meskipun manusia telah mencurahkan perhatian dan usaha yang sangat besar untuk mengetahui dirinya. Tapi kita hanya mampu mengetahui beberapa segi tertentu dari diri kita. Sehingga tulisan ini hadir untuk mengamalkan salah satu hadist Rosululloh Saw “Barang siapa yang mengetahui dimensi dirinya, maka dia akan mengetahui dimensi Tuhannya”. Sebab menurut Imam Ghazali hadist ini adalah keharusan bagi siapapun yang ingin untuk mengetahui tentang dimensi ketuhanan. (Al Ghazali, 1997: 5) Dalam makalah ini penulis akan membahas tentang bagaimana multidimensionalitas manusia.
           
1.2 Rumusan Masalah
            1. Bagaimana Manusia dalam Perspektif Islam?
2. Mengapa manusia disebut sebagai makhluk yang multidimensionalitas?

1.3 Tujuan Masalah
            1. Mengetahui pemahaman tentang manusia dalam perspektif Islam
            2. Mengetahui multidimensionalitas manusia






















BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Manusia dalam Perspektif Islam
            Eksistensi manusia lahir ke muka bumi bukanlah atas kehendaknya sendiri, ataupun hasil dari evolusi alamiah, akan tetapi merupakan kehendak dari dzat yang Maha Absolut Allah Swt. Dengan demikian maka manusia  dalam perjalananan hidupnya tidak dapat melepaskan diri dari ketentuan yang telah digariskan oleh Allah Swt, karena manusia sendiri berada pada posisi yang lemah sehingga tidak dapat menolak apa yang sudah menjadi kehendak-Nya.
Secara terminologis dalam al Qur’an manusia dapat disebut juga sebagai al-basyar, al-insan dan al-nas. Al-basyar seringkali disebut dalam Al Qur’an, al-basyar dapat berarti bahwa manusia sebagai makhluk biologis, sebagaimana digambarkan dalam firman Allah Swt berikut:
Artinya: Maryam berkata: "Ya Tuhanku, betapa mungkin Aku mempunyai anak, padahal Aku belum pernah disentuh oleh seorang laki-lakipun." Allah berfirman (dengan perantaraan Jibril): "Demikianlah Allah menciptakan apa yang dikehendaki-Nya. apabila Allah berkehendak menetapkan sesuatu, Maka Allah Hanya cukup Berkata kepadanya: "Jadilah", lalu jadilah Dia. (QS. Ali Imran: 47).
                
            Menurut Ali Syari’ati dalam Amin Syukur bahwa al-basyar merupakan manusia yang essensi kemanusiannya tidak Nampak dan aktivitasnya serupa dengan binatang.
Berbeda halnnya dengan al-insan, ia dihubungkan dengan kekhalifahan dan pemikul amanah, predisposisi negative pada diri manusia dan dihubungkan dengan proses penciptaan manusia. Al-insan juga memiliki keistimewaan berupa berilmu pengetahuan, memiliki daya nalar sehingga manusia disebut juga sebagai ulum albab, sebagaimana firman Allah Swt berikut:
Artinya: Apakah kamu tidak memperhatikan, bahwa Sesungguhnya Allah menurunkan air dari langit, Maka diaturnya menjadi sumber-sumber air di bumi Kemudian ditumbuhkan-Nya dengan air itu tanam-tanaman yang bermacam-macam warnanya, lalu menjadi kering lalu kamu melihatnya kekuning-kuningan, Kemudian dijadikan-Nya hancur berderai-derai. Sesungguhnya pada yang demikian itu benar-benar terdapat pelajaran bagi orang-orang yang mempunyai akal. (QS. al Zumar: 21).
Manusia juga diistilahkan dengan al-nas yang merupakan konsep bahwasanya manusia adalah sebagai makhluk social. Hal ini menunjukkan bahwa manusia telah lahir dan tumbuh dengan memiliki berbagai keistimewaan dan keunikan yang berbeda  yang dimiliki oleh masing-masing kelompoknya. (Tim Penyusun, 2011: 93-94) Dengan demikian makna “manusia” dapat diasimpulkan bahwa manusia merupakan makhluk biologis, psikologiss dan sosial, yang ketiganya itu harus dikembangkan dan diperhatikan antara hak dan kewajibannya secara seimbanng dan tentunya senantiasa berada pada hokum-hukum yang telah ditentukan. (Amin Syukur, 2010: 9).
Proses penciptaan manusia sebagaimana diinformasikan dalam (QS. al Shaffat: 11) adalah berasal dari tanah liat (thin), bias juga berasal dari tanah (turab) berdasarkan (QS. Ali Imran:59). Disamping itu Allah telah menjelaskan tentang proses kejadian manusia sebagaimana digambarkan dalam (QS. al Mu’minun: 12-14) berikut:
Artinya:12. Dan Sesungguhnya kami Telah menciptakan manusia dari suatu saripati (berasal) dari tanah. 13. Kemudian kami jadikan saripati itu air mani (yang disimpan) dalam tempat yang kokoh (rahim). 14. Kemudian air mani itu kami jadikan segumpal darah, lalu segumpal darah itu kami jadikan segumpal daging, dan segumpal daging itu kami jadikan tulang belulang, lalu tulang belulang itu kami bungkus dengan daging. Kemudian kami jadikan dia makhluk yang (berbentuk) lain. Maka Maha sucilah Allah, Pencipta yang paling baik.
Tentang asal-usul manusia, menurut Islam manusia sekarang ini adalah keturunan dari Adam, tentu berbeda dengan pendapat Darwin dengan teori evolusinya yang hanya menampakkan dari sisi jasmaniah saja. Manusia diciptakan dalam bentuk yang sempurna baik secara fisik maupun psikis, meskipun bisa saja pada suatu saat manusia akan berbalik arah menjadi bentuk yang paling hina ketika manusia tidak mampu lagi untuk mempertahankan  dan menjaga kesempurnaannya itu. (Amin Syukur, 2012: 151)
Bahkan ketika tidak dapat menjaga kesempurnaannya manusia akan lebih hina dan bagaikan binatang karena tidak dapat menjaga keimananan, beramal shalih dan berserah diri kepada Allah Swt (QS. Ali Imran: 110), sehingga memperoleh derajat kemuliaan haqiqi berupa ketaqwaan kepada-Nya (QS. al Hujurat: 13).

2.2 Multidimensionalitas Manusia
          Manusia adalah makhluk dwi dimensi, dikatakan demikian karena manusia tecipta dari tanah dan ruh ilahi. Manusia dapat diibaratkan dengan air, dimana air itu terdiri dari kadar-kadar tertentu dari hydrogen dan oksigen. Syaibani dalam Tafsir manusia terdiri dari tiga unsur yaitu jasmani, akal dan ruhani. Berbeda halnya dengan pendapat Zayadi (2004: 24), ia berpendapat bahwa dimensi manusia itu terbagi menjadi tiga bagian yaitu; dimensi fisik ( jasmani/jasad), dimensi psikhis (ruhani) dan dimensi psikofisik yang lazim disebut dengan nafs. Mungkin dengan bahasa yang lebih sederhana, bahwa dimensi adalah kumpulan parameter dan tata nilai yang membentuk sistem yang bisa merupakan bagian dari sistem lain yang lebih besar atau beririsan dengan sistem lain yang paralel dengan formasi tertentu. Setiap dimensi memiliki satu bagian penting (bisa tunggal atau kesatuan) yang sangat mempengaruhi eksistensi dimensi tersebut. Katakanlah bagian penting itu dengan istilah inti dimensi.   
Manusia terdiri dari dua bagian, ruh dan jasad. Ruh adalah bagian bathin sedangkan jasad adalah bagian dzahir. Ruh berasal dari taman indah yang berasal dari keharibaan al-hadrah al-quds, sedangkan jasad berasal dari tanah liat dan segumpal darah. Atas perintah Allah, ruh ditiupkan kedalam jasadnya, sehingga pertemuan kedua unsur ini (ruh dan jasad), hiduplah seorang manusia. Selama ruh masih berada didalam tubuh, maka badan akan terus hidup. Inilah pengetahuan dasar yang diajarkan kepada kaum muslim sedari dini.
Ruh telah diberi kesempatan untuk mengenal Tuhannya sebelum jasad tercipta. Ruh telah bercanda tawa dengan para Malaikat jauh sebelum manusia pertama (Adam) diturunkan kemuka bumi. Namun setiap ruh telah ditetapkan oleh Allah untuk turun kebumi dan menempati jasad yang telah disediakan.
Dalam pandangan Islam tubuh memiliki karakteristik yang fundamental bagi manusia. Tubuh adalah tempat bersemayamnya panca indera, sehingga dengannya kita dapat melihat, meraba, mencium dan melihat. (QS. an-Nahl: 78). Melalui pengalaman inderawilah kita dapat melihat dan membaca ayat-ayat yang tertabur di alam semesta. Jasad adalah penerima pertama yang bersinggungan langsung dengan data-data dan informasi yang tersebar dijagad raya. Dengannya kita dapat melihat warna-warni dan dinamika alam semesta. Tanpa jasad, informasi yang akan kita tangkap untuk dapat langsung dihubungkan ke ruh agar kemudian diproses lebih lanjut, tidak akan diterima. Jasad sama sucinya dengan ruh. (Alatas,2006: 126). Meskipun statemen seperti ini masih dipertentangkan dikalangan ulama. Tapi jelas kedudukann jasad menjadi hal yang penting dalam turunnya ilmu karena jasad adalah rumah panca indera. Tanpanya kita tidak akan bisa membaca data informasi yang terkandung dalam ayat-ayat kebesaran Allah


1 komentar:

  1. The King Casino - Herzaman in the Aztec City
    The King Casino in febcasino.com Aztec City is the place where you can find and play for herzamanindir.com/ real, real money. Enjoy a memorable dental implants stay at งานออนไลน์ this one-of-a-kind casino

    BalasHapus