BAB
I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Manusia
telah diciptakan oleh Allah Swt dengan derajat yang tinggi dan penuh dengan
kemuliaan. Manusia mempunyai kemuliaan yang lebih tinggi dari makhluk apapun di
jagad raya ini. Manusia lebih mulia dari malaikat karena pada hakikatnya
Malaikat terdiam menunggu intruksi dari Allah Swt atas tugas apa yang akan
diberikan kepada mereka, akan tetapi manusia diberi kehendak oleh Allah Swt
untuk berbuat sesuatu . Termasuk
kehendak yang telah diberikan Allah kepada manusia berupa amanah agar manusia
menjadi khalifah di bumi, sehingga manusia memiliki kewajiban untuk mengelola
alam namun tidak terlepas dari aturan-aturan yang telah ditetapkan-Nya. (Amin
Syukur, 2004: 166).
Kemuliaan manusia tentu juga lebih
tinggi dibandingkan dengan syetan. Syetan tidak dapat berada pada jalan
kebenaran, akan tetapi manusia dapat berbuat benar meskipun manusia juga tidak
jarang melakukan kesalahan. Demikian halnya ketika manusia di bandingkan dengan
hewan, tentu manusia akan lebih tinggi derajat dan kemuliaannya daripada hewan,
karena secerdas apapun makhluk yang namanya hewan tentu hewan tersebut tidak
akan memiliki akal sebagaimana manusia yang telah dianugrahi Allah Swt berupa
akal sehingga mampu berpikir untuk memperoleh kebahagiaannya. (Abdul Choliq,
2012: 2-3) Itulah manusia yang telah dijadikan sebagai makhluk multidimensi,
tidak hanya terdiri dari akal tetapi banyak dimensi-dimensi lain yang ada dalam
diri manusia.
Manusia juga akan Nampak
kemuliaannya jika dibandingkan dengan bumi, gunung ataupun lautan. Karena
manusia memiliki nyawa sementara bumi, gunung dan lautan adalah makhluk Allah
yang tak bernyawa. Manusia juga telah diciptakan Allah disempurnakan dengan
adanya ruh dan jasad yang ada pada manusia. hal inilah yang telah menjadikan
manusia sebagai makhluk yang multidimensia, sebagaimana difirmankan Allah Swt
dalam QS. At Tin/95: 4 berikut:
Artinya: “Sesungguhnya telah Kami ciptakan manusia dalam bentuk
yang multidimensi” (Q.S.At-Tin:4).
Meskipun manusia telah mencurahkan
perhatian dan usaha yang sangat besar untuk mengetahui dirinya. Tapi kita hanya
mampu mengetahui beberapa segi tertentu dari diri kita. Sehingga tulisan ini
hadir untuk mengamalkan salah satu hadist Rosululloh Saw “Barang siapa yang
mengetahui dimensi dirinya, maka dia akan mengetahui dimensi Tuhannya”. Sebab
menurut Imam Ghazali hadist ini adalah keharusan bagi siapapun yang ingin untuk
mengetahui tentang dimensi ketuhanan. (Al Ghazali, 1997: 5) Dalam makalah ini
penulis akan membahas tentang bagaimana multidimensionalitas manusia.
1.2 Rumusan
Masalah
1. Bagaimana Manusia dalam Perspektif Islam?
2. Mengapa manusia disebut sebagai makhluk yang
multidimensionalitas?
1.3 Tujuan
Masalah
1. Mengetahui pemahaman tentang manusia dalam
perspektif Islam
2.
Mengetahui
multidimensionalitas manusia
BAB
II
PEMBAHASAN
2.1
Manusia dalam Perspektif Islam
Eksistensi
manusia lahir ke muka bumi bukanlah atas kehendaknya sendiri, ataupun hasil
dari evolusi alamiah, akan tetapi merupakan kehendak dari dzat yang Maha
Absolut Allah Swt. Dengan demikian maka manusia
dalam perjalananan hidupnya tidak dapat melepaskan diri dari ketentuan
yang telah digariskan oleh Allah Swt, karena manusia sendiri berada pada posisi
yang lemah sehingga tidak dapat menolak apa yang sudah menjadi kehendak-Nya.
Secara terminologis dalam al Qur’an
manusia dapat disebut juga sebagai al-basyar, al-insan dan al-nas.
Al-basyar seringkali disebut dalam Al Qur’an, al-basyar dapat
berarti bahwa manusia sebagai makhluk biologis, sebagaimana digambarkan dalam
firman Allah Swt berikut:
Artinya: Maryam berkata: "Ya
Tuhanku, betapa mungkin Aku mempunyai anak, padahal Aku belum pernah disentuh
oleh seorang laki-lakipun." Allah berfirman (dengan perantaraan Jibril):
"Demikianlah Allah menciptakan apa yang dikehendaki-Nya. apabila Allah
berkehendak menetapkan sesuatu, Maka Allah Hanya cukup Berkata kepadanya:
"Jadilah", lalu jadilah Dia. (QS. Ali Imran: 47).
Menurut Ali Syari’ati
dalam Amin Syukur bahwa al-basyar merupakan manusia yang essensi
kemanusiannya tidak Nampak dan aktivitasnya serupa dengan binatang.
Berbeda halnnya dengan al-insan,
ia dihubungkan dengan kekhalifahan dan pemikul amanah, predisposisi negative
pada diri manusia dan dihubungkan dengan proses penciptaan manusia. Al-insan
juga memiliki keistimewaan berupa berilmu pengetahuan, memiliki daya nalar
sehingga manusia disebut juga sebagai ulum albab, sebagaimana firman
Allah Swt berikut:
Artinya: Apakah kamu
tidak memperhatikan, bahwa Sesungguhnya Allah menurunkan air dari langit, Maka
diaturnya menjadi sumber-sumber air di bumi Kemudian ditumbuhkan-Nya dengan air
itu tanam-tanaman yang bermacam-macam warnanya, lalu menjadi kering lalu kamu
melihatnya kekuning-kuningan, Kemudian dijadikan-Nya hancur berderai-derai.
Sesungguhnya pada yang demikian itu benar-benar terdapat pelajaran bagi
orang-orang yang mempunyai akal. (QS. al Zumar: 21).
Manusia juga diistilahkan dengan al-nas
yang merupakan konsep bahwasanya manusia adalah sebagai makhluk social. Hal ini
menunjukkan bahwa manusia telah lahir dan tumbuh dengan memiliki berbagai
keistimewaan dan keunikan yang berbeda
yang dimiliki oleh masing-masing kelompoknya. (Tim Penyusun, 2011:
93-94) Dengan demikian makna “manusia” dapat diasimpulkan bahwa manusia
merupakan makhluk biologis, psikologiss dan sosial, yang ketiganya itu harus
dikembangkan dan diperhatikan antara hak dan kewajibannya secara seimbanng dan
tentunya senantiasa berada pada hokum-hukum yang telah ditentukan. (Amin
Syukur, 2010: 9).
Proses penciptaan manusia
sebagaimana diinformasikan dalam (QS. al Shaffat: 11) adalah berasal dari tanah
liat (thin), bias juga berasal dari tanah (turab) berdasarkan (QS. Ali
Imran:59). Disamping itu Allah telah menjelaskan tentang proses kejadian
manusia sebagaimana digambarkan dalam (QS. al Mu’minun: 12-14) berikut:
Artinya:12.
Dan Sesungguhnya kami Telah menciptakan manusia dari suatu saripati (berasal)
dari tanah. 13. Kemudian kami jadikan saripati itu air mani (yang disimpan)
dalam tempat yang kokoh (rahim). 14. Kemudian air mani itu kami jadikan
segumpal darah, lalu segumpal darah itu kami jadikan segumpal daging, dan
segumpal daging itu kami jadikan tulang belulang, lalu tulang belulang itu kami
bungkus dengan daging. Kemudian kami jadikan dia makhluk yang (berbentuk) lain.
Maka Maha sucilah Allah, Pencipta yang paling baik.
Tentang asal-usul manusia, menurut
Islam manusia sekarang ini adalah keturunan dari Adam, tentu berbeda dengan
pendapat Darwin dengan teori evolusinya yang hanya menampakkan dari sisi
jasmaniah saja. Manusia diciptakan dalam bentuk yang sempurna baik secara fisik
maupun psikis, meskipun bisa saja pada suatu saat manusia akan berbalik arah
menjadi bentuk yang paling hina ketika manusia tidak mampu lagi untuk
mempertahankan dan menjaga
kesempurnaannya itu. (Amin Syukur, 2012: 151)
Bahkan ketika tidak dapat menjaga
kesempurnaannya manusia akan lebih hina dan bagaikan binatang karena tidak
dapat menjaga keimananan, beramal shalih dan berserah diri kepada Allah Swt
(QS. Ali Imran: 110), sehingga memperoleh derajat kemuliaan haqiqi berupa
ketaqwaan kepada-Nya (QS. al Hujurat: 13).
2.2 Multidimensionalitas
Manusia
Manusia adalah
makhluk dwi dimensi, dikatakan demikian karena manusia tecipta dari tanah dan
ruh ilahi. Manusia dapat diibaratkan dengan air, dimana air itu terdiri dari
kadar-kadar tertentu dari hydrogen dan oksigen. Syaibani dalam Tafsir manusia
terdiri dari tiga unsur yaitu jasmani, akal dan ruhani. Berbeda halnya dengan
pendapat Zayadi (2004: 24), ia berpendapat bahwa dimensi manusia itu terbagi
menjadi tiga bagian yaitu; dimensi fisik ( jasmani/jasad), dimensi psikhis
(ruhani) dan dimensi psikofisik yang lazim disebut dengan nafs. Mungkin
dengan bahasa yang lebih sederhana, bahwa dimensi adalah kumpulan parameter dan
tata nilai yang membentuk sistem yang bisa merupakan bagian dari sistem lain
yang lebih besar atau beririsan dengan sistem lain yang paralel dengan formasi
tertentu. Setiap dimensi memiliki satu bagian penting (bisa tunggal atau
kesatuan) yang sangat mempengaruhi eksistensi dimensi tersebut. Katakanlah
bagian penting itu dengan istilah inti dimensi.
Manusia terdiri dari dua bagian, ruh
dan jasad. Ruh adalah bagian bathin sedangkan jasad adalah bagian
dzahir. Ruh berasal dari taman indah yang berasal dari keharibaan al-hadrah
al-quds, sedangkan jasad berasal dari tanah liat dan segumpal darah. Atas
perintah Allah, ruh ditiupkan kedalam jasadnya, sehingga pertemuan kedua unsur
ini (ruh dan jasad), hiduplah seorang manusia. Selama ruh masih berada didalam
tubuh, maka badan akan terus hidup. Inilah pengetahuan dasar yang diajarkan
kepada kaum muslim sedari dini.
Ruh telah diberi kesempatan untuk
mengenal Tuhannya sebelum jasad tercipta. Ruh telah bercanda tawa dengan para
Malaikat jauh sebelum manusia pertama (Adam) diturunkan kemuka bumi. Namun
setiap ruh telah ditetapkan oleh Allah untuk turun kebumi dan menempati jasad
yang telah disediakan.
Dalam pandangan Islam tubuh memiliki
karakteristik yang fundamental bagi manusia. Tubuh adalah tempat bersemayamnya
panca indera, sehingga dengannya kita dapat melihat, meraba, mencium dan
melihat. (QS. an-Nahl: 78). Melalui pengalaman inderawilah kita dapat melihat
dan membaca ayat-ayat yang tertabur di alam semesta. Jasad adalah penerima
pertama yang bersinggungan langsung dengan data-data dan informasi yang
tersebar dijagad raya. Dengannya kita dapat melihat warna-warni dan dinamika
alam semesta. Tanpa jasad, informasi yang akan kita tangkap untuk dapat
langsung dihubungkan ke ruh agar kemudian diproses lebih lanjut, tidak akan
diterima. Jasad sama sucinya dengan ruh. (Alatas,2006: 126). Meskipun statemen
seperti ini masih dipertentangkan dikalangan ulama. Tapi jelas kedudukann jasad
menjadi hal yang penting dalam turunnya ilmu karena jasad adalah rumah panca
indera. Tanpanya kita tidak akan bisa membaca data informasi yang terkandung dalam
ayat-ayat kebesaran Allah
The King Casino - Herzaman in the Aztec City
BalasHapusThe King Casino in febcasino.com Aztec City is the place where you can find and play for herzamanindir.com/ real, real money. Enjoy a memorable dental implants stay at งานออนไลน์ this one-of-a-kind casino